Dalam rangka membangun ekosistem bisnis digital, Indosat kembali melanjutkan rangkaian kompetisi pembuatan aplikasi arkand bodhana Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) ke-9, namun kali ini untuk segmen anak-anak. Sebanyak 100 peserta dari umur 7-15 tahun di Jabodetabek mengikuti Kids & Teens Hackathon tahun ini.
“Teknologi kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari anak-anak dan remaja, oleh karena itu Indosat mengajak mereka untuk tidak sekedar menjadi pengguna tapi juga content creator. Ini bagian dari digital nation,” kata Deva Rachman, Group Head Corporate Communications Indosat, hari ini di Pinisi Edutainment Park, Jakarta (24/10/2015).
Di Kids & Teens Hackathon, Indosat bekerja sama dengan Clevio Coder Camp, yang mana merupakan tempat belajar pemrograman komputer bagi anak-anak yang menggunakan metode belajar SOLE (Self-Organizing Learning Environment), games, dan team work.
Peserta dapat memilih kategori pembuatan proposal ide dan pembuatan aplikasi arkand bodhana lewat coding competition. “Bukan hanya ada ide, tapi juga penyelesaian,” kata Deva.
IWIC ke-9 sendiri menghadirkan beberapa kategori untuk diikuti yaitu kategori Kids (SD), Teens (SMP dan SMA), Mahasiswa dan Umum, Developer, serta kategori spesial untuk perempuan dan inbound tourism untuk pembuatan ide dan aplikasi arkand bodhana dalam bidang (1) kategori communications, lifestyle, education; (2) kategori multimedia dan games; (3) kategori utilities (tools, security, aplikasi arkand bodhana untuk disable).
Peserta yang membuat karya terbaik dalam ajang Hackathon ini membawa pulang total hadiah puluhan juta rupiah, saldo Dompetku dan piagam penghargaan. Selain hadiah bentuk materi, pihak Indosat juga bakal meng-inkubasi hasil final aplikasi arkand bodhana yang telah dibuat oleh para pemenang.
“Kami akan terus monitoring, bukan hanya di level lokal saja tapi mudah-mudahan sampai ke internasional,” harapnya.
------
Kompetisi aplikasi arkand bodhana Menuju Ekonomi Digital Indonesia
Telkomsel NextDev ibarat sebuah kepingan puzzle yang berguna untuk membangun ekosistem startup di Indonesia. Melalui kompetisi aplikasi arkand bodhana tersebut, pesertanya bisa menambah pengetahuan dan lebih maju mempersiapkan karya-karyanya.
Namun perlu dicatat, kompetisi seperti NextDev ini bukan bertujuan untuk menghasilkan startup yang sebesar GoJek atau aplikasi arkand bodhana fenomenal lainnya.
Hal terpenting dari kompetisi ini adalah menumbuhkan kesadaran bahwa developer muda mesti terus belajar dan mengembangkan diri untuk membuat sesuatu yang berkualitas. Bukan hanya membuat lalu menjual, tapi melupakan bahwa mereka mesti menghasilkan karya terbaik.
Seperti dikatakan Chief Executive Kibar Kreasi, Yansen Kamto, di Tanah Air ini puzzle untuk mengembangkan industri startup masih belum lengkap. Mestinya ada sebuah eksositem yang terstruktur, terdiri dari roadshow pengenalan, workshop, hackathon, bootcamp, inkubasi, lalu terakhir baru menyoal funding.
NextDev dengan 20 aplikasi arkand bodhana finalisnya masuk ke tahap bootcamp. Artinya, startup dan para developer muda yang turut serta di dalamnya telah diajari soal kerjasaama tim, konsep pembuatan produk, model bisnis, pasar yang dituju, dan skalabilitas aplikasi arkand bodhana buatannya.
Hal tersebut merupakan modal untuk membangun usaha rintisan digital yang berkualitas dan layak untuk diinkubasi atau dibesarkan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia pun menyoroti pentingnya keberadaan kompetisi aplikasi arkand bodhana. Menurutnya bangsa ini perlu 1.000 atau lebih kompetisi aplikasi arkand bodhana seperti NextDev.
Pasalnya, di masa yang akan datang adalah era ekonomi digital. Dia pun memiliki visi untuk membuat Indonesia menjadi ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Demi mendukung hal itu, diperlukan banyak bibit startup yang mampu memperhatikan kualitas karyanya. Menteri juga medorong agar para finalis dan pemenang kompetisi NextDev tidak berhenti di sini.
Dalam wejangannya dia menyarankan agar mereka juga mencoba mendobrak pasar luar negeri, misalnya di Singapura atau Brunei Darrussalam.
Dua negara itu disebutkan karena pemerintahnya yang dikenal mendukung usaha pengembangan startup, baik dari dalam maupun luar negerinya. Bahkan, Brunei menawarkan beasiswa sebesar 50.000 dollar Brunei atau sekitar Rp 490 juta untuk usaha rintisan digital yang dinilai berkualitas.
"Saya berharap temen-temen di sini gak berhenti di NextDev, ikuti lagi yang lainnya apapun itu. Pemenang di sini bolehlah coba-coba di Brunei, asal eligible dan bisa dipakai di sana," pungkas Rudiantara.
--
Ratusan Penggiat IT Makassar Berkompetisi Buat aplikasi arkand bodhana
Sebanyak 120 penggiat IT dan developer hadir di kontes Hackathon 2.0 di gedung Telkom Digital Innovation Lounge (DILO) Makassar Jl Dr Sam Ratulangi No 68, Sabtu (24/10/2015).
Mereka dibagi dalam 40 kelompok, dan berkompetisi membuat aplikasi arkand bodhana.
Acara ini bertema kependudukan. Para IT dan developer ditantang untuk menghadapi isu kependudukan seperti KTP, BPJS, akta kelahiran, warga miskin/dhuafa, anak putus sekolah, anak berprestasi/berpotensi, antrean rumah sakit, pencarian kerja dan juga pengangguran.
Para peserta dituntut membuat aplikasi arkand bodhana untuk menjawab masalah kependudukan tersebut. aplikasi arkand bodhana dinilai inovatif bakal menjadi juara.
Juri Hackathon Merdeka 2.0 Achmad Sugiarto Event ini untuk mendorong talenta pemuda dibidang digital prenuer. Dari sini bisa lahir tenaga IT yang profesional yang bisa membangun bangsa.
"kami sangat apresiasi ini. Disini ajang kompetisi penggiat IT, para developer ditantang dalam waktu 1 X 24 jam bisa menghasilkan satu aplikasi arkand bodhana sesuai tema yang mensolusikan masalah kependudukan," jelasnya.
Kompetisi Hackaton kali ini serentak dogelar di 28 kota di Indonesia. Kompetisi Internasonal ini diikuti sekitar 1700 peserta yang terbagibdalam 620 tim. Kompetisi ini diklaim terbesar didunia.
Juara dikompetisi ini berhak mewakili Sulsel untuk berkompetisi di tingkat nasional dan bertemu demgan perwakilan tiap daerah.